Minggu, 09 September 2012

10 Mitos Uang yang Sering Salah Kaprah

Posted by mcondrolukito blog

Apa saja mitos-mitos yang bagi sebagian kalangan dijadikan pembenaran?


Syahid Latif
Uang
Uang(U-Report)
VIVAnews - Selama beberapa tahun masyarakat dikelilingi oleh sejumlah mitos mengenai uang. Mitos ini terutama beredar di kalangan muda di berbagai negara.

Tak ayal lagi, mitos yang berkembang itu justru akan menuntun pada jalan sesat, menghabiskan waktu, bahkan lebih parah lagi, menghancurkan hidup seseorang.

Dikutip dari laman Money Talk News, berikut adalah 10 kesalahpahaman umum seputar uang yang sebetulnya lebih cocok dianggap sebagai khayalan dibandingkan fakta:

1. Makin banyak uang hidup makin bahagia

Sebelum membenarkan mitos ini, coba tengoklah kehidupan Anna Nicole Smith, John Belushi, Marilyn Monroe, Michael Jackson, Jimi Hendrix, dan Elvis Presley. Apakah ketenaran dan kekayaan membuat mereka bahagia?

Kebahagian datang dari bagaimana Anda menghargai diri sendiri. Dan harga diri adalah sesuatu yang tak bisa dijual.

Daripada Anda terobsesi dengan uang, pikirkan kembali apa hal yang benar-benar membuat Anda bahagia. Selanjutnya, hasilkan cukup uang lewat aktivitas-aktivitas itu. Membuatnya lebih banyak merupakan hal yang memboroskan dari kehidupan Anda di planet ini.

2. Pendapatan besar menjauhkan tumpukan utang
Apa yang membedakan orang dengan penghasilan Rp450 juta setahun dengan utang Rp900 juta dengan mereka yang bergaji Rp4,5 miliar setahun dan utang Rp9 miliar? Jawabannya, tidak ada. Kecuali jika mereka memiliki uang untuk dana cadangan.

Utang seringkali meningkat seiring naiknya penghasilan. Apa yang menjauhkan Anda dari utang bukanlah penghasilan tinggi atau kekayaan. Satu-satunya jalan adalah tak meminjam uang

3. Miliarder senantiasa hidup mewah

Hasil penelitian The Millionaire Next Door mengungkapkan rata-rata orang kaya AS mengendarai mobil biasa, tinggal di rumah yang sudah ditempati puluhan tahun dan menghindari pakaian bermerek. Inilah cara yang membuat mereka menjadi miliarder.

Lalu siapa yang membeli pakaian bermerek selama ini? Kemungkinan mereka yang tak pernah menjadi kaya karena menggunakan kebebasan keuangan esok hari untuk kesenangan saat ini.

4. Makin banyak uang, kekhawatiran makin berkurang

Omong kosong. Uang bukanlah akhir kegelisahan. Dia akan terus menyebabkan berbagai kekhawatiran kehilangan uang. Mereka yang tak memiliki banyak uang untuk makan atau tempat tinggal memiliki lebih banyak hal yang dikhawatirkan.
Namun, ketika Anda sudah memiliki cukup uang sesuai kebutuhan, kelebihannya justru akan menambah kekhawatiran bukan menghilangkannya.

5. Uang bisa membantu mencari cinta

Bagi sebagian wanita yang tak terlalu terpikat dengan uang, mereka umumnya lebih tertarik dengan ambisi dan intelektual apalagi jika dikombinasikan dengan humor. Semua orang tertarik dengan mereka yang memiliki kepercayaan diri dan bisa mentertawakan diri sendiri.

Seperti burung merak, orang kaya dengan mudah menarik perhatian. Apakah Anda ingin menghabiskan hidup dengan seseorang yang sangat dangkal dan tidak aman karena hanya tertarik dengan uang Anda?

6. Saya bisa bersenang-senang jika memiliki lebih banyak uang

Tak bisa disangkal, uang bisa mewarnai elemen dari hari-hari yang menyenangkan. Namun, jika Anda membutuhkan lebih banyak uang untuk bersenang-senang, Anda akhirnya akan merasa bosan. Kalaupun Anda menjadi miliarder, Anda tetap akan merasa bosan.

7. Uang berarti keamanan

Ketika Anda mendalami lebih jauh, tujuan utama uang adalah membuat hidup begitu mudah diprediksi. Uang membuat Anda bisa mengontrol lingkungan dengan mempersiapkan hal yang tidak diinginkan.

Walau sebagian dari mitos ini betul, tak ada uang yang cukup untuk membuat segala sesuatu bisa dikendalikan. Anda bisa saja mati terkena serangan jantung ketika sedang membaca tulisan ini.

8. Uang bisa memudahkan bertemu orang-orang menarik

Stacy Johnson, penulis dari Money Talk News, mengatakan, "Jika saya ingin mengoptimalkan peluang saya menemukan orang-orang menarik, saya tidak akan pergi ke country club terdekat."

Tak jarang Stacy mengaku bertemu orang-orang kaya yang sangat sombong, berpikiran sempit, penuh kepura-puraan, dan tukang menghakimi. Namun, perilaku mereka itu bukan karena kekayaannya. Perilaku itu muncul karena mereka tak pernah mengatasi kesulitan.

Cara seseorang mengatasi kesulitan seringkali membuat orang-orang tertarik. Bukan berapa banyak uang yang dimiliki.

9. Saya butuh uang untuk bepergian dan itu penting

Dunia ini adalah tempat yang menarik dan perjalanan yang terencana dengan baik membuat Anda lebih tertarik. Namun, pesiar sering kali muncul dalam berbagai bentuk dan tentunya dengan biaya yang berbeda-beda.

Dalam bukunya Life of Debt, Stacy memberikan gambaran menarik mengenai salah satu kesenangannya yaitu berlayar. Di buku itu diceritakan, pasangan hidupnya membangun sebuah kapal dan berlayar mengelilingi dunia, bekerja ketika diperlukan dan tak pernah menghabiskan uang dalam jumlah besar. Kapal itu tak memiliki AC, kulkas, bahkan sebuah radio.

Apa yang dilakukan orang kebanyakan dalam situasi yang sama adalah menunggu uang lebih banyak untuk membiayai keinginan mereka pergi berlayar menggunakan kapal mewah. Hasilnya jelas, orang ini biasanya menghabiskan hidupnya di dalam dok kapal. Sungguh sia-sia.

10. Uang bisa membeli teman

Mitos ini tak hanya salah tapi juga bertentangan dengan fungsi uang sebenarnya. Stacy mengaku memiliki banyak teman super kaya dan dari pengamatannya, uang hanya mampu menarik teman berkumpul dan bukan teman sesungguhnya.

Banyak orang kaya yang sama sekali tak percaya dengan motivasi uang semacam itu. Tak jarang teman sesungguhnya dari orang terkaya dan terkenal adalah mereka yang telah mengenalnya sebelum kaya atau terkenal.

Terlalu Sering Periksa Ponsel Bisa Bikin Orang Makin Stres

Posted by mcondrolukito blog

(Foto: ThinkStock)
Jakarta, Jika Anda tidak bisa lepas dari layar ponsel meski hanya sebentar, mungkin Anda termasuk ke dalam kelompok orang yang memiliki tingkat stres yang tinggi. Orang yang stres juga cenderung menghibur diri dengan memeriksa ponselnya sesering mungkin.

Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 100 pekerja di Inggris, diketahui bahwa seseorang yang terlalu sering memeriksa ponselnya, memiliki tingkat stres yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan orang yang jarang melakukannya.

Para peserta survei tersebut diberikan pertanyaan tentang frekuensi penggunaan ponsel dalam sehari dan kemudian diminta mengikuti tes psikologi untuk menentukan tingkat stres.

Stres tersebut bukan hanya disebabkan oleh masalah pekerjaan yang meneror melalui sms, email dan jejaring sosial pada ponsel, tetapi juga disebabkan karena rasa keingintahuan yang berlebihan terhadap suatu hal dan dapat menimbulkan kecemasan.

Misalnya seseorang yang telah kecanduan jejaring sosial seperti twitter dan facebook yang dapat diakses dengan mudah melalui ponsel, akan terus merasa penasaran jika tidak memeriksa ponsel selama beberapa waktu.

Sayangnya, semakin tinggi tingkat stres juga dapat menyebabkan seseorang semakin sering memeriksa ponselnya karena merasa terhibur. Padahal hal ini hanya akan meningkatkan stres yang terus menerus.

"Pemecahan termudah untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mencoba menjauhkan diri dari ponsel untuk beberapa waktu atau mematikannya sejenak," kata Richard Balding, PhD, seorang psikolog di University of Worcester, Inggris yang memimpin studi tersebut, seperti dilansir rodale, Sabtu 98/9/12).

Jika cara tersebut tidak dapat dilakukan, cobalah untuk menahan diri dengan tidak terlalu sering memeriksa ponsel dan hanya memeriksanya ketika ada panggilan atau pesan yang masuk. Anda juga dapat membatasi jam penerimaan email terkait soal pekerjaan pada jam-jam tertentu dengan mematikan koneksi internet di ponsel.

Sabtu, 08 September 2012

Hindari 6 Hal Ini di Media Sosial

Posted by mcondrolukito blog

detail berita
Ilustrasi (Foto: Mashable)
JAKARTA - Saat ini media sosial menuntut tanggung jawab yang besar. Faktanya, kurangnya tanggung jawab di media sosial bisa membahayakan.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan terjadi karena penggunaan media sosial yang tidak tepat, maka perlu memperhatikan beberapa hal. Dilansir dari Mashable, Jumat (7/9/2012), ada 6 hal yang harus dihindari pengguna media sosial, khususnya pelajar.

1. Mempublikasikan aktivitas ilegal: Tidak bisa dihindari banyak pelajar dan mahasiswa melakukan eksperimen. Tapi yang harus diperhatikan adalah berhati-hati mempublikasikan video atau petualangan yang tidak berguna, karena kemungkinan bisa menghadapi tekanan dari sekolah dan tuntutan hukum.

2. Penindasan: Penindasan merupakan salah satu masalah yang paling serius di sekolah. Perlakukan yang kejam dan kata-kata penghinaan sering mengarah pada kekerasan, depresi, bunuh diri, dan diskriminasi.

Penindasan tidak hanya terjadi di "dunia nyata", tapi juga di dunia maya atau internet. Ketika pelajar menggunakan media sosial, blog, atau ruang online virtual lainnya sebagia forum untuk membicarakan hal yang menyakitkan, maka resiko dari penindasan tidak bisa diukur.

Bagi yang melakukan, tidak hanya bisa dikeluarkan dari sekolah, tapi juga menghadapi penuntutan hukum yang serius.

3. Membicarakan hal buruk tentang guru: Penindasan tidak hanya terjadi antar pelajar. Pelajar yang berbicara hal buruk tentang guru mereka atau mempublikasikan foto memalukan guru, juga memiliki risiko yang sangat besar.

"Mempublikasikan komentar negatif tentang guru di sekolah Anda adalah seperti memberitahukan bahwa Anda akan "membakar jembatan," kata asosiasi profesor multimedia di Point Park University, Heather Starr Fiedler.

Kerena itu, pelajar disarankan untuk bersikap waspada atas posting yang dibuat mengenai sekolah atau guru-guru karena kita tidak pernah mengetahui perasaan siapa yang akan telruka dengan publikasi tersebut.

4. Mempublikasikan konten dari komputer sekolah: Banyak sekolah yang melarang aktivitas di komputer yang tidak berhubungan langsung dengan tugas, termasuk penggunaan media sosial. Karena itu, jangan berpikir bahwa tweet atau update status yang di-posting dari komputer sekolah tidak bisa diketahui, pasalnya, sudah banyak sekolah menerapkan sistem yang bisa melacak alamat log-in dan IP.

5. Mempublikasikan informasi rahasia: Ini sebenarnya berlaku untuk semua pengguna media sosial, bukan hanya pelajar. Tapi anak muda, biasanya sangat rentan terhadap predator online dan pencuri identitas.

Sehingga, konten seperti foto yang dipublikasikan di media sosial seperti Facebook harus diwaspadai. Pasalnya,  informasi sensitif tersebut akan bisa diakses oleh siapa saja, bukan hanya hacker yang bisa melakukannya.

6. Informasikan rincian lokasi: Sebaiknya jangan terlalu spesifik dengan aktivitas sosial, seperticheck-in. Terutama, check-in di media sosial ketika sendiri atau berada di lokasi terpencil.

"Sebaiknya kurangi berbagi tentang keberadaan Anda, baik ketika Anda sedang sendiri atau sedang berada di luar rumah sendiri," tutur analis media sosial, Brad Hines.